Anggota masyarakat Maanyan dalam kehidupan sehari-hari segala kegiatan diatur oleh bermacam-macam adat istiadat serta kebiasaan yang ada berkembang didalam kehidupan anggotanya. Adat istiadat dan kebiasaan itu menjaga anggota masyarakat dari segala macam hal yang tidak diinginkan.
Tata aturan tersebut diatas yang melingkari kehidupan dan penghidupan anggota masyarakat secara umum untuk dapat mencapai tingkat kesejahteraan lahir maupun batin. Salah satu dari adat istiadat tersebut yang dimiliki oleh anggota masyarakat maanyan adalah Taliwakas. Taliwakas itu menurut pendapat antropologi Amerika yang mengadakan peneletian adat masyarakat Maanyan pada tahun 1963 yang bernama AB Hudson adalah sebagai Traditional History.
Sedangkan pengertian dari Taliwakas adalah merupakan nasehat yang ditujukan pada sepasang pengantin yang akan memulai menata kehidupan sebuah rumah tangga yang baru. Nasehat yang diberikan tersebut menggunakan bahasa pangundraun yang memiliki nilai sastra yang sempurna sifatnya. Taliwakas merupakan nasehat yang isinya merupakan petunjuk yang mesti dilakukan dalam ruang lingkup kehidupan rumah tangga.
Setiap tantangan dan halangan mesti diselesaikan dengan penuh kesabaran, keuletan dan ketabahan serta penuh pengertian dalam kasih sayang diantara kedua belah pihak. Disamping Taliwakas ada juga kita jumpai yang sama dengan Taliwakas, yang disebut oleh anggota masyarakat dengan sebutan Wawaling. Pengertian Wawaling sama dengan Taliwakas yang merupakan nasehat yang ditujukan kepada semua orang dalam sebuah perkumpulan yang tidak hanya ditujukan pada acara perkawinan. Akan tetapi bisa juga digunakan pada acara perbaikan atau perdamaian (ikaeh) antara salah seorang keluarga yang berselisih dengan anggota keluarga yang lain.
Pada akhir dari acara Ikaeh tersebut, ditutup dengan wawaling yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang cukup mempunyai kharisma. Taliwakas dan Wawaling tidak harus oleh seorang mantir, akan tetapi juga oleh anggota masyarakat biasa. Dan yang terpenting, kita semua simak arti dan maksud dari diucapkan berupa petuah serta petunjuk kepada semua yang hadir. Wawaling ada berkaitan dengan adat istiadat tentang penyucian kampung atau desa dari segala hal yang tidak diinginkan oleh warganya.
Pengertian Wawaling lebih banyak penekanannya pada acara penyucian atau pemulihan dari segala hal yang tidak baik yang lebih terkenal dengan sebutan Ngawaling Ngawawilah Tumpuk Natat Tane Ranu Teka Gunting Gin'nah Hampan Ta'u Mulek Kalamula. Sedangkan Taliwakas penekanannya pada segi perkawinan karena ia berupa nasehat yang dialamatkan pada sepasang pengantin yang akan memasuki kehidupan berumah tangga.
Disamping Taliwakas, Wawaling ada lagi nasehat yang dimiliki oleh masyarakat Maanyan yang dilakukan pada sebuah perkawinan yang disebut dengan Turus Tajak. Pengertian dari Turus Tajak adalah berupa doa yang ditujukan kepada sepasang mempelai oleh orang yang memberikan sumbangan pernikahan. Turus Tajak biasa dilambangkan dengan pemberian materi yang bisa berupa uang. Akan tetapi dalam hal ini jangan dilihat berapa nilai yang diberikan akan tetapi maksud doa yang diberikan oleh si penyumbang yang melebihi materi yang diberikannya. Penutupan dari sebuah perkawinan, diakhiri oleh Nangis Turus, Nangis Turus merupakan penutupan rangkaian perkawinan yang mencakup dengan Taliwakas, Wawaling dan Turus Tajak.
Dalam konteks diatas itu merupakan keharusan dalam sebuah perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat Maanyan, sebab sebuah perkawinan merupakan hal yang baik sebab akan meneruskan keturunan dari pewaris dari adat istiadat mereka.
Seperti yang pernah diutarakan pada bagian terdahulu, masyarakat Maanyan menilai bahwa perkawinan hanya sekali didalam kehidupan mereka. Apabila seseorang sering melakukan perkawinan didalam kehidupannya, maka ia dianggap oleh anggota keluarga secara umum kurang bertanggung jawab terhadap anggota keluarga dan masyarakat serta adat istiadat yang ada. Demikian juga melanggar bunyi Taliwakas, Wawaling serta Turus Tajak yang telah diberikan oleh anggota keluarga akan mendapat kehidupan yang kurang baik.
Dalam bagian lain akan dibicarakan bagian struktur masayarakat Maanyan mengenai gelar yang dimiliki oleh anggota keluarga masyarakat Maanyan secara umum. Akan tetapi mengenai klasifikasi masyarakat Maanyan secara umum belum dibicarakan. Klasifikasi masyarakat ini, dikenal dengan sebutan Utus, Putak dan Walah. Akan tetapi klasifikasi sosial yang terdapat didalam kehidupan anggota masyarakat tidak begitu jelas terlihat perbedaan sosialnya didalam pergaulan serta kehidupan sehari-hari.
Perbedaan itu baru terlihat dengan nyata, apabila ada suatu upacara ritual yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara umum. Mengapa perbedaan status sosial terlihat dalam upacara ritual, hal ini disebabkan pada bagian yangtertentu orang atau anggota yang memiliki klasifikasinya rendah tidak diperbolehkan melakukan aktifitasnya, karena aktifitas tersebut diperuntukkan bagi anggota yang mempunyai klasifikasi yang berada disatu tingkat diatas mereka. Demikian juga ada aktifitas yang dikhususkan bagi masyarakat yang tidak diperkenankan dilakukan oleh anggota masyarakat dari status yang lebih tinggi sifatnya.
Setelah upacara ritual itu selesai, maka perbedaan sosial tersebut tidak nampak lagi, sehingga semua anggota masyarakat menjadi bersatu lagi untuk melakukan aktivitasnya sebagaimana biasa yang mereka lakukan sehari-hari. Perbedaan status sosial terlihat jelas pada upacara ritual didaerah Paju Epat dan Lasi Muda atau Dayu. Mengapa perbedaan terlihat jelas dikedua tempat tersebut diatas, kalau dibandingakan dengan daerah Kampung Sepuluh dan Banua Lima. Hal ini dikarenakan upacara ritual yang anggota masyarakat dikedua tempat itu bersifat kolektif atau bersama. Sedangkan upacara ritual untuk wilayah Kampung Sepuluh dan Banua Lima bersifat Individual. Disinilah letak perbedaannya.
Masyarakat didaerah Lasi Muda dan sekitarnya menyebutkan status sosial yang ada dalam masyarakat dengan sebutan Putak. Anggota masyarakat didaerah Paju Epat menyebut perbedaan sosial itu dengan istilah Walah dan bagi masyarakat Kampung Sepuluh dan Banua Lima sekitarnya menamakan perbedaan sosial tersebut dengan kata Utus.
Dalam kehidupan masyarakat Maanyan klasifikasi sosial yang ada dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan status sosial antara lain :
Walaupun ada perbedaan status sosial yang ada didalam kelompok masyarakat akan tetapi tidak pernah terjadi perselisihan diantara kedua kelompok tersebut. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan yang nyata didalam tata pergaulan masyarakat sehari-hari, tidak ada perbedaan sosial dalam segala hal. Akan tetapi semua hak dan kewajiban adalah sama untuk melakukan saling bantu, saling tolong yang termaktub dalam istilah Pangundraun Iram.
Karena memiliki istilah Pangundraun Iram itulah yang dapat menyelamatkan perbedaan sosial anggota masyarakat Maanyan dari rasa perselisihan. Didalam kehidupan dan penghidupan anggota masyarakat Maanyan ada jenis upacara untuk menaikkan derajat seseorang dari status yang rendah kepada status yang tinggi, kalau orang itu menduduki sesuatu jabatan yang ada didalam instansi yang mengayomi anggota masyarakat. Upacara tersebut biasanya dilakukan dengan menggunakan seorang wadian dengan sesajen lengkap serta disaksikan oleh para Mantir dan anggota masyarakat lainnya. Upacara tersebut disebut dengan istilah Ngan'nak Langka atau juga boleh disebut juga Nindrik Langka. Biasanya upacara demikian itu hanya dilakukan untuk seorang pemimpin dari anggota masyarakat, yang status sosialnya rendah. Kegunaan dari upacara itu adalah agar didalam melakukan tugasnya sehari-hari sebagai seorang pemimpin tidak mendapat halangan atau rintangan. Selama menjalankan tugas kepemimpinan itu mengalami perasaan damai, aman serta dapat meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakt yang dipimpinnya.
Walaupun telah dilakukan upacara tersebut diatas, tidak banyak menolong seseorang mempunyai status sosial yang rendah untuk dapat keluar dari masalah yang ia hadapi selaku seorang pemimpin. Kelihatannya secara umum yang boleh memegang jabatan di dalam wilayah anggota masyarakat Maanyan adalah mereka dari status sosial yang tinggi. Pengalaman menunjukkan bahwa kenyataan demikian ada kebenaran dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Tidak ada orang yang mengetahui secara pasti mengapa hal tersebut bisa terjadi. Ada pendapat bahwa Utus Im'me tidak memiliki kharisma atau Pang'iwuruh yang terdapat dalam dirinya sebagai seorang pemimpin yang diwariskan dari pada ayah atau keluarga mereka.
Menurut legenda masyarakat Maanyan perbedaan status yang ada didalam kehidupan dan penghidupan anggota masyarakat Maanyan, tidak bisa dihapuskan walaupun dengan asimilasi perkawinan dari dua status tersebut. Bila perkawinan itu diadakan maka akan membawa kepada perceraian, serta kehidupan rumah tangga tidak terlalu harmonis sifatnya. Oleh sebab itu jarang sekali terjadi perkawinan dari status sosial yang berbeda, karena akan berakhir dengan yang tidak diinginkan dalam sebuah perkawinan.
Memang tidak ada penelitian secara teliti yang mengatakan ciri anggota masyarakat yang memiliki Utus Im'me dengan sifat yang berbeda dengan Utus Am'mau. Akan tetapi dari segi-segi yang tertentu seseorang mempunyai status yang rendah, dengan ciri-ciri yang biasa terlihat apabila mereka melakukan sesuatu kegiatan antara lain :
Setelah Missi Zending masuk dengan membawa kepercayaan yang baru kepada anggota masyarakat serta kepercayaan itu diterima oleh anggota masyarakat dengan senang hati, sehingga perbedaan seperti yang diutarakan diatas itu, lenyap dari pemikiran masyarakat.
Tata aturan tersebut diatas yang melingkari kehidupan dan penghidupan anggota masyarakat secara umum untuk dapat mencapai tingkat kesejahteraan lahir maupun batin. Salah satu dari adat istiadat tersebut yang dimiliki oleh anggota masyarakat maanyan adalah Taliwakas. Taliwakas itu menurut pendapat antropologi Amerika yang mengadakan peneletian adat masyarakat Maanyan pada tahun 1963 yang bernama AB Hudson adalah sebagai Traditional History.
Sedangkan pengertian dari Taliwakas adalah merupakan nasehat yang ditujukan pada sepasang pengantin yang akan memulai menata kehidupan sebuah rumah tangga yang baru. Nasehat yang diberikan tersebut menggunakan bahasa pangundraun yang memiliki nilai sastra yang sempurna sifatnya. Taliwakas merupakan nasehat yang isinya merupakan petunjuk yang mesti dilakukan dalam ruang lingkup kehidupan rumah tangga.
Setiap tantangan dan halangan mesti diselesaikan dengan penuh kesabaran, keuletan dan ketabahan serta penuh pengertian dalam kasih sayang diantara kedua belah pihak. Disamping Taliwakas ada juga kita jumpai yang sama dengan Taliwakas, yang disebut oleh anggota masyarakat dengan sebutan Wawaling. Pengertian Wawaling sama dengan Taliwakas yang merupakan nasehat yang ditujukan kepada semua orang dalam sebuah perkumpulan yang tidak hanya ditujukan pada acara perkawinan. Akan tetapi bisa juga digunakan pada acara perbaikan atau perdamaian (ikaeh) antara salah seorang keluarga yang berselisih dengan anggota keluarga yang lain.
Pada akhir dari acara Ikaeh tersebut, ditutup dengan wawaling yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang cukup mempunyai kharisma. Taliwakas dan Wawaling tidak harus oleh seorang mantir, akan tetapi juga oleh anggota masyarakat biasa. Dan yang terpenting, kita semua simak arti dan maksud dari diucapkan berupa petuah serta petunjuk kepada semua yang hadir. Wawaling ada berkaitan dengan adat istiadat tentang penyucian kampung atau desa dari segala hal yang tidak diinginkan oleh warganya.
Pengertian Wawaling lebih banyak penekanannya pada acara penyucian atau pemulihan dari segala hal yang tidak baik yang lebih terkenal dengan sebutan Ngawaling Ngawawilah Tumpuk Natat Tane Ranu Teka Gunting Gin'nah Hampan Ta'u Mulek Kalamula. Sedangkan Taliwakas penekanannya pada segi perkawinan karena ia berupa nasehat yang dialamatkan pada sepasang pengantin yang akan memasuki kehidupan berumah tangga.
Disamping Taliwakas, Wawaling ada lagi nasehat yang dimiliki oleh masyarakat Maanyan yang dilakukan pada sebuah perkawinan yang disebut dengan Turus Tajak. Pengertian dari Turus Tajak adalah berupa doa yang ditujukan kepada sepasang mempelai oleh orang yang memberikan sumbangan pernikahan. Turus Tajak biasa dilambangkan dengan pemberian materi yang bisa berupa uang. Akan tetapi dalam hal ini jangan dilihat berapa nilai yang diberikan akan tetapi maksud doa yang diberikan oleh si penyumbang yang melebihi materi yang diberikannya. Penutupan dari sebuah perkawinan, diakhiri oleh Nangis Turus, Nangis Turus merupakan penutupan rangkaian perkawinan yang mencakup dengan Taliwakas, Wawaling dan Turus Tajak.
Dalam konteks diatas itu merupakan keharusan dalam sebuah perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat Maanyan, sebab sebuah perkawinan merupakan hal yang baik sebab akan meneruskan keturunan dari pewaris dari adat istiadat mereka.
Seperti yang pernah diutarakan pada bagian terdahulu, masyarakat Maanyan menilai bahwa perkawinan hanya sekali didalam kehidupan mereka. Apabila seseorang sering melakukan perkawinan didalam kehidupannya, maka ia dianggap oleh anggota keluarga secara umum kurang bertanggung jawab terhadap anggota keluarga dan masyarakat serta adat istiadat yang ada. Demikian juga melanggar bunyi Taliwakas, Wawaling serta Turus Tajak yang telah diberikan oleh anggota keluarga akan mendapat kehidupan yang kurang baik.
Dalam bagian lain akan dibicarakan bagian struktur masayarakat Maanyan mengenai gelar yang dimiliki oleh anggota keluarga masyarakat Maanyan secara umum. Akan tetapi mengenai klasifikasi masyarakat Maanyan secara umum belum dibicarakan. Klasifikasi masyarakat ini, dikenal dengan sebutan Utus, Putak dan Walah. Akan tetapi klasifikasi sosial yang terdapat didalam kehidupan anggota masyarakat tidak begitu jelas terlihat perbedaan sosialnya didalam pergaulan serta kehidupan sehari-hari.
Perbedaan itu baru terlihat dengan nyata, apabila ada suatu upacara ritual yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara umum. Mengapa perbedaan status sosial terlihat dalam upacara ritual, hal ini disebabkan pada bagian yangtertentu orang atau anggota yang memiliki klasifikasinya rendah tidak diperbolehkan melakukan aktifitasnya, karena aktifitas tersebut diperuntukkan bagi anggota yang mempunyai klasifikasi yang berada disatu tingkat diatas mereka. Demikian juga ada aktifitas yang dikhususkan bagi masyarakat yang tidak diperkenankan dilakukan oleh anggota masyarakat dari status yang lebih tinggi sifatnya.
Setelah upacara ritual itu selesai, maka perbedaan sosial tersebut tidak nampak lagi, sehingga semua anggota masyarakat menjadi bersatu lagi untuk melakukan aktivitasnya sebagaimana biasa yang mereka lakukan sehari-hari. Perbedaan status sosial terlihat jelas pada upacara ritual didaerah Paju Epat dan Lasi Muda atau Dayu. Mengapa perbedaan terlihat jelas dikedua tempat tersebut diatas, kalau dibandingakan dengan daerah Kampung Sepuluh dan Banua Lima. Hal ini dikarenakan upacara ritual yang anggota masyarakat dikedua tempat itu bersifat kolektif atau bersama. Sedangkan upacara ritual untuk wilayah Kampung Sepuluh dan Banua Lima bersifat Individual. Disinilah letak perbedaannya.
Masyarakat didaerah Lasi Muda dan sekitarnya menyebutkan status sosial yang ada dalam masyarakat dengan sebutan Putak. Anggota masyarakat didaerah Paju Epat menyebut perbedaan sosial itu dengan istilah Walah dan bagi masyarakat Kampung Sepuluh dan Banua Lima sekitarnya menamakan perbedaan sosial tersebut dengan kata Utus.
Dalam kehidupan masyarakat Maanyan klasifikasi sosial yang ada dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan status sosial antara lain :
- Kelompok masyarakat mempunyai Utus Am'mau
- Kelompok masyarakat mempunyai Utus Im'me
Walaupun ada perbedaan status sosial yang ada didalam kelompok masyarakat akan tetapi tidak pernah terjadi perselisihan diantara kedua kelompok tersebut. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan yang nyata didalam tata pergaulan masyarakat sehari-hari, tidak ada perbedaan sosial dalam segala hal. Akan tetapi semua hak dan kewajiban adalah sama untuk melakukan saling bantu, saling tolong yang termaktub dalam istilah Pangundraun Iram.
Karena memiliki istilah Pangundraun Iram itulah yang dapat menyelamatkan perbedaan sosial anggota masyarakat Maanyan dari rasa perselisihan. Didalam kehidupan dan penghidupan anggota masyarakat Maanyan ada jenis upacara untuk menaikkan derajat seseorang dari status yang rendah kepada status yang tinggi, kalau orang itu menduduki sesuatu jabatan yang ada didalam instansi yang mengayomi anggota masyarakat. Upacara tersebut biasanya dilakukan dengan menggunakan seorang wadian dengan sesajen lengkap serta disaksikan oleh para Mantir dan anggota masyarakat lainnya. Upacara tersebut disebut dengan istilah Ngan'nak Langka atau juga boleh disebut juga Nindrik Langka. Biasanya upacara demikian itu hanya dilakukan untuk seorang pemimpin dari anggota masyarakat, yang status sosialnya rendah. Kegunaan dari upacara itu adalah agar didalam melakukan tugasnya sehari-hari sebagai seorang pemimpin tidak mendapat halangan atau rintangan. Selama menjalankan tugas kepemimpinan itu mengalami perasaan damai, aman serta dapat meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakt yang dipimpinnya.
Walaupun telah dilakukan upacara tersebut diatas, tidak banyak menolong seseorang mempunyai status sosial yang rendah untuk dapat keluar dari masalah yang ia hadapi selaku seorang pemimpin. Kelihatannya secara umum yang boleh memegang jabatan di dalam wilayah anggota masyarakat Maanyan adalah mereka dari status sosial yang tinggi. Pengalaman menunjukkan bahwa kenyataan demikian ada kebenaran dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Tidak ada orang yang mengetahui secara pasti mengapa hal tersebut bisa terjadi. Ada pendapat bahwa Utus Im'me tidak memiliki kharisma atau Pang'iwuruh yang terdapat dalam dirinya sebagai seorang pemimpin yang diwariskan dari pada ayah atau keluarga mereka.
Menurut legenda masyarakat Maanyan perbedaan status yang ada didalam kehidupan dan penghidupan anggota masyarakat Maanyan, tidak bisa dihapuskan walaupun dengan asimilasi perkawinan dari dua status tersebut. Bila perkawinan itu diadakan maka akan membawa kepada perceraian, serta kehidupan rumah tangga tidak terlalu harmonis sifatnya. Oleh sebab itu jarang sekali terjadi perkawinan dari status sosial yang berbeda, karena akan berakhir dengan yang tidak diinginkan dalam sebuah perkawinan.
Memang tidak ada penelitian secara teliti yang mengatakan ciri anggota masyarakat yang memiliki Utus Im'me dengan sifat yang berbeda dengan Utus Am'mau. Akan tetapi dari segi-segi yang tertentu seseorang mempunyai status yang rendah, dengan ciri-ciri yang biasa terlihat apabila mereka melakukan sesuatu kegiatan antara lain :
- Apabila mereka membersihkan daun (pelapah keladi) selalu dengan cara pemotongan yang pendek serta rata dan bukan miring.
- Mimik muka (raut muka) selalu kelihatan pucat (musuk pamulu) apabila mengikuti pertemuan yang ada didaerahnya.
- Tidak memiliki kharisma (pangiruwuh, nanyu dan sebagainya).
- Kalau diangkat menjadi seorang pemimpin sering mengalami hal-hal yang tidak mendukung cara kepemimpinannya.
Setelah Missi Zending masuk dengan membawa kepercayaan yang baru kepada anggota masyarakat serta kepercayaan itu diterima oleh anggota masyarakat dengan senang hati, sehingga perbedaan seperti yang diutarakan diatas itu, lenyap dari pemikiran masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar