Upacara ritual nyuli dilakukan oleh anggota masyarakat dari daerah suku Lawangan atau Luangan yang berada didaerah aliran sungai Mantalat, Ayuh dan Paku Karau. Ketiga sungai tersebut merupakan anak sungai Barito. Latar belakang timbulnya gerakan nyuli yang dilakukan oleh masyarakat tersebut diatas dapat diambil kesimpulan sementara :
- Dari segi legenda yang dimiliki oleh anggota masyarakat setempat
- Dari segi rasa tidak puas terhadap pimpinan mereka sendiri didalam melakukan sesuatu kebijakan
- Dari segi politik dan ekonomi yang dirasakan masyarakat semakin sulit
- Karena kedinamisan anggota masyarakat.
Keempat penyebab timbulnya gerakan nyuli akan dibahas satu persatu kemudian.
Dari segi legenda : yang terdapat dikalangan anggota masyarakat Lawangan mempunyai tiga macam versi sehingga melahirkan pengertian nyuli :
1. Legenda Samarikung
2. Legenda Ayus Kakah Gajah
3. Legenda Anjang Ngorong bersaudara yang disebut Raja Kapak.
Untuk melaksanakan kegiatan nyuli tersebut dilakukan dengan cara upacara ritual penyucian roh nenek moyang mereka yang sudah meninggal.
Akan tetapi upacara penyucian roh-roh nenek moyang tersebut sudah melampaui kaidah yang biasa dilakukan oleh anggota masyarakat. Hal ini disebabkan ada unsur-unsur tertentu yang terlibat didalam upacara tersebut. Upacara yang,melebihi kaidah umum, oleh anggota masyarakat ialah upacara nyuli. Upacara nyuli ini merupakan suatu upacara yang bertujuan agar roh nenek moyang mereka bisa kembali lagi yang kedua kali dan menciptakan surga yang ada didunia ini dengan Ayus Kakah Gajah sebagai pemimpin yang dapat mengalahkan Samarikung sehinggaTengkura Wanten tidak diperlukan lagi. Sebab Samarikung sudah dapat dikalahkan oleh Kakah Gajah sedangkan inti dari gerakan nyuli ini adalah bangkitnya roh orang yang telah mati itu untuk memulihkan dunia ini.
Dari segi rasa tidak puas terhadap pimpinan mereka : Gerakan nyuli ini bisa terjadi diluar dari pada legenda karena merasa tidak puas dengan cara memimpin mereka. Karena dalam mengambil tindakan atau kebijaksanaan terlalu memberatkan warga masyarakat dan anggota masyarakat lalu mengadakan hal-hal yang menyalahi ketentuan yang sudah ada.
Pertama gerakan nyuli ini dilakukan oleh masyarakat Lawangan/Luangan pada tahun 1887. Gerakan nyuli melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Sultan Pasir yang bertindak dengan tegas terhadap gerakan itu serta dapat menindas dengan cepat.
Een dergelijke verzetsbeweging herhaaldezich 1901 in Pasir Debevolking aan de sei kwaro weigerde de schaatting aan de sultan op te brengen. De Mantri Mangkoe Negara en Kiai Singamarta alias andri van Pasir, maakten zich daarop gerecd on een balian nyuli waa raan 400 man deelnamen uit elkanderte slaan. Maar op het gerucht van komst sloegen de nyoliers op de vlucht. ( DR.W.K.H. Feuilletau de Bruyn. De Nyoelibeweging Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo Groningen, Ko.T.v.23,1934.P.,41.)
Kejadian diatas itu merupakan suatu kebijaksanaan yang tidak dapat diterima oleh anggota masyarakat, yang diterapkan oleh para pemimpin mereka. Sehingga anggota masyarakat yang melakukan biasanya tidak pernah oleh mereka secara umum. Gerakan itu menyalahi ketentuan yang ada didalam pergaulan mereka sehari-hari. Karena kebijaksanaan yang salah akan melahirkan keresahan sosial, sehingga menimbulkan gerakan ini timbul kembali. Hal ini juga disebabkan kurangnya komunikasi antara warga dengan para pemimpin wilayah, serta penguasa melakukan kebijakasanaan dengan semena-mena, tidak melihat maupun memahami penderitaan atau warganya yang termarjinalkan (tersisih/terpinggirkan).
Dari segi Politik dan Ekonomi juga dapat menimbulkan gerakan ini. Karena masyarakat merasa kekurangan sandang serta papan disebabkan stabilitas politik yang terus tidak menentu, serta tidak memungkinnya anggota masyarakat dapat berusaha dengan aman. Untuk keperluan ekonomi rumah tangga mereka agar dapat bertahan sampai keadaan menjadi baik maka banyak kegiatan yang mereka lakukan.
Mereka yang bersedia mengikuti gerakan tersebut diharuskan oleh pengurus membeli minyak yang dinamakan Ollau Panyuli (J. Mallinckrodt. Nyuli Dikalangan Suku Dayak Lawangan di Keresidenan Kalimantan Selatan dan Timur., Penerbit Bhratara, 1973., hlm 28).
Hal yang demikian juga mengalami kegagalan sebab pasukan keamanan selalu mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara umum. Pasukan keamanan dari pemerintah kolonial Belanda waktu itu selalu menaruh curiga kegiatan yang dilakukan masyarakat. Karena kejadiannya justru berakhir dengan pertempuran perang Banjar yang berakhir di daerah ini juga. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang timbul didaerah ini ada kaitannya dengan sisa-sisa dari pasukan Perang Banjar.
Memang ada perbedaan pendapat antara J. Mallinckrodt dengan DR. W.K.H. Feuilletau de Bruyn mengenai timbulnya gerakan nyuli dalam tahun 1910,1920, 1922, dan 1924.
Mallinckrodt van meening dat invoer van incuwe balasting en, verwerning van heerediensten, vrees voor invoering van de landrete, de directe aanleidingen waren tothet oplaaien van de beweging speciaal in de jaren 1910, 1920, 1922 en 1924 (DR. W.K.H. Feuilletau de Bruyn, o.c.,p.53)
Sedangkan pendapat dari DR.W.K.H. Feuilletau de Bruyn adalah Dat inder daad deze oozaken kunnen hebben medegewarkt tot het versterken van de beweging, is juist. Maarpractish zijn in de jaren 1919 – 1923 eigenlijk ieder jaar berichten omtret nyolien binnen gekomen Dat de redenen die die Mallinckrodt aangeelft de directe aanleiding waren kan daarom nietjuist zijn (ibid.,p.53).
Kalau dihubungkan dengan keadaan ditanah air pada waktu itu, tengah terjadi suatu pergerakan Nasional dengan berdirinya Boedi Oetomo, yang mencoba melakukan perjuangan yang tidak lagi bersifat lokal. Akan tetapi sudah mengarah kepada perjuangan yang sifatnya menyeluruh disertai usaha pergerakan yang dilakukan dengan satu pimpinan untuk mengusir kaum penjajah. Timbulnya kegiatan nyuli ini dalam tahun yang telah disebutan, juga tidak terlepas dari pengaruh ajaran Boedi Oetomo yang menitik beratkan pada perjuangan kesatuan dan persatuan anggota masyarakat. Gerakan yang dilakukan oleh masyarakat Lawangan, juga tidak terlepas dari pada bentuk perjuangan untuk mengusir kaum penjajah asing. Kegiatan ini merupakan manifestasi dari gerakan Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda serta perjuangan lainnya pada masa itu.
Gerakan atau kegiatan nyuli yang terjadi dalam tahun 1910,1920,1922 dan 1924 merupakan wujud pemberontakan terhadap kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah kolonial Belanda yang terlalu campur tangan dalam kehidupan anggota masyarakat. Pemerintah kolonial Belanda tidak pernah memperhatikan segala sarana dan prasarana bagi usaha peningkatan kehidupan dan penghidupan anggota masyarakat secara umum. Yang dilakukan oleh pemerintah kolonial pada saat itu hanyalah menarik pajak serta memeras tenaga rakyat tanpa memberikan imbalan yang seimbang.
Perlawanan rakyat didaerah, dimana pemerintah kolonial Belanda berada banyak menggunakan tenaga kerja setempat tanpa memberikan imbalan yang wajar maka gerakan nyuli sering timbul aksinya. Gerakan ini merupakan gaya pemberontakan suku Lawangan secara khusus serta masyarakat Ma’anyan secara umum.
Catatan :
Gerakan Nyuli mungkin dapat bangkit kembali pada masa modern ini bilamana Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah tidak peka terhadap anggota masyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar