Untuk menjaga keutuhan kepemimpinan didaerah
Lasi-Muda dan sekitarnya setelah mendengar berita duka tentang Uria Rin'nyan,
maka diangkatlah Dam'mong Balle sebagai pemimpin. Kemudian Lasi-Muda berubah
namanya menjadi Dayu.
Dam'mong Balle lalu mengumpulkan sanak keluarga
korban tragedi itu utnuk mempersiapkan upacara kematian, yaitu Mi'a dan
Ngadaton.
Setelah upacara kematian selesai diadakan, maka
berangkatlah Uria Lan'na ke Bandar Maseh untuk menuntut balas kematian adiknya.
Perginya Uria Lan'na ke Bandar Maseh dengan melewati sungai Sirau, terus
mengikuti aliran sungai Barito untuk selanjutnya ke arah Bandar Maseh. Dalam
keadaan tertidur karena hari sudah malam Uria Lan'na terbawa arus pasang naik,
sehingga perahu yang ditumpanginya masuk sungai Tabalong dan tiba didaerah
Negara. Dalam perjalanan tersebut Uria Lan'na membawa 100 batang alu yang sudah
dipakai untuk menumbuk padi, serta sebuah mandau yang dinamakan Lansar Tewo
Mea. Kedatangan Uria Lan'na pada waktu pagi hari berikutnya membuat kegemparan
serta kepanikan penduduk Negara yang dikiranya adalah kota Bandar Maseh.
Setelah mendengar kedatangan Uria Lan'na di kota
Negara dan sekitarnya kemudian melebar menuju Bandar Maseh maka datanglah
utusan Sultan untuk minta berdamai. Sultan Suriansyah berjanji akan mengganti
nyawa Uria Rin'nyan dengan syarat tidak lagi melakukan aksi diberbagai daerah.
Tawaran tersebut diterima dengan senang hati oleh Uria Lan'na, asal janji itu
tidak hanya kata-kata belaka.
Aksi yang dilakukan oleh Uria Lan'na dapat
dihentikan oleh Sultan dengan memberikan puterinya sendiri, yaitu Puteri Mayang
Sari dari hasil perkawinan dengan isteri yang kedua yaitu Puteri Norhayati.
Kemudian kesepakatan damai dilakukan oleh Sultan
terhadap Uria Lan'na dengan cara pembayaran semua hukum adat orang-orang
Ma'anyan yang dinamakan Bayar Adat Bali. Penyerahan Puteri Mayang Sari oleh
Sultan dengan syarat bahwa antara Uria Lan'na tidak boleh mengawini puterinya
karena mereka berdua adalah bersaudara yang satu darah dan keturunan yang telah
disyahkan secara adat Ma'anyan.
Sesudah penyerahan Puteri Mayang Sari oleh Sultan
Suriansyah, nama Uria Lan'na berubah menjadi Uria Mapas lebih populer dengan
nama 'Uria Mapas Negara' (penamaan 'Mapas Negara' karena aksi awal Uria Lan'na
memapas daerah Negara).
Kisah selanjutnya adalah Puteri Mayang Sari di
Sangarasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar