Rabu, 27 Agustus 2008
Jenis Reduplikasi Bahasa Maanyan
Reduplikasi Penuh (utuh)
contoh :
ulun;orang;ulun-ulun;orang-orang
panuk;bakul;panuk-panuk;bakul-bakul
iwe'k;babi;iwe'k-iwe'k;babi-babi
pe'e;kaki;pe'e-pe'e;kaki-kaki
mammay;naik;mamma'y-mamma'y;naik-naik
minaw;turun;minaw-minaw;turun-turun
tulak;pergi;tulak-tulak;pergi-pergi
mudi;pulang;mudi-mudi;pulang-pulang
rarah;injak;rarah-rarah;injak-injak
nimma'y;lempar;nimma'y-nimma'y;lempa-lempar
unte;lambat;unte-unte;lamba-lambat
wansit;cepat;wansit-wansit;cepat-cepat
hante;besar;hante-hante;besar-besar
murun;jelek;murun-murun;jelek-jelek
lawit;jauh;lawit-lawit;jauh-jauh
isa;satu;isa-isa;satu-satu
epat;empat;epat-epat;empat-empat
dime;lima;dime-dime;lima-lima
jatuh;seratus;jatuh-jatuh;seratus-seratus
Reduplikasi sebagian fonem suku kata awal
contoh :
ulun;orang;aulun;orang-orang
unte;lambat;aunte;lambat-lambat
dime;lima;dadime;sekitar lima
jatuh;seratus;jajatuh;sekitar seratus
lawit;jauh;lalawit;jauh-jauh
mamma'y;naik;mamamma'y;naik-naik
panuk;bakul;papanuk;bakul-bakul
tulak;pergi;tatulak;pergi-pergi
catatan:
tatulak juga berarti mantera untuk menguir setan atau roh jahat
Reduplikasi Berafiksasi
a.Reduplikasi Berafiksasi Penuh
contoh :
itung : ingat ; ampiitung-itung : ingat-ingatkan ; ngampiitung-itung : mengingat-ingatkan ; kaitung-itung : teringat-ingat
apuy : api ; ba'apuy : berapi-api
enat : angkat ; ampienat-enat : angkat-angkatkan ; ngampienat-enat : mengangkat-angkat
Jenis Simulfiks Bahasa Maanyan
ka-an/-en
contoh :
anraw;siang;kaanrawen;kesiangan
unte;lambat;kauntean;kelambatan
epat;empat;kaepatan;kaepatan
imme;pendek;kaimmean;kependekan
bangat;parah;kabangatan;keparahan
rasa;tahu;karasaen;pengetahuan
ba-an/-en
contoh :
riet;dekat;barietan;berdekatan
tungkaw;tangis;banungkawan;bertangisan
alap;ambil;baalapan;berambilan
budu;bodoh;babudu'an;berbodohan
dime;lima;badimean;berlimaan
lawit;jauh;balawitan;berjauhan
pa-an/-en dengan variasi peleburan menjadi
contoh :
rengey;dengar;panrengeyan;pendengaran
waway;hilang;piwawayan/pawawayan;penghilangan
inam;rasa;panginaman;perasaan
itung;ingat;pangitungan;peringatan
uneng;tempat;paunengan/piunengan;penempatan
kirim; kirim;pakiriman;pengiriman
ta'u;bisa;pita'uan/pata'uen;kebisaan
Jenis Konfiks Bahasa Maanyan
-ampi- dan -amp- dengan tambahan ng- bila membentuk kata kerja aktif
contoh :
itung; ingat;ngampitung;mengingatkan atau memperingatkan
uneng;tinggal;ngampuneng;meninggalkan
udi;pulang;ngampudi;memulangkan
tumma'ng;rebah;ngampitumma'ng;merebahkan
mamis;manis;ngampikamis;mempermaniskan
munuk;gemuk;ngampikunuk;mempergemukan
hene;banyak;ngampihene;memperbanyak
-ampi- dan -amp- dengan tambahan na- bila membentuk kata kerja pasif
contoh :
ammaw;panjang;nampammaw;diperpanjang
itah;lewat;naampitah;dilewatkan
uneng;tinggal;naampuneng;ditinggalkan
hante;besar;naampihante;diperbesar
leteng;tenggelam;naampileteng;ditenggelamkan
tapi;laga;naampitapi;diperlagakan
wangsit;cepat;naampiwangsit;dipercepat
na- dan tan- dengan variasi peleburan menjadi natan-, natang-, natam-, dan natany- atau
contoh :
bungas;bagus;natamungas;diperbagus
galis;habis;natanglis;dihabiskan
jari;jadi;nasanyari;dijadikan
kayem;tenggelam;natangkaye;ditenggelamkan
palus;terus;natampalus;diteruskan
ranay;tenang;natanranay;ditenangkan
rusak;rusak;natanrusak;dirusakkan
sapis;sama;nasanyapis;disamakan
tiwas;salah;natantiwas;disalahkan
wasi;bekal;natamasi;dibekali
nasan- dengan variasi peleburan menjadi nasang-, nasam-, nasany-
contoh :
taampi- dengan variasi peleburan menjadi taampi- dan taamp-
contoh :
hante;besar;taampihante;terbesarkan
alem;malam;taampalem;termalam
tegey;pegang;taampitegey;terpegangkan
dinung;lihat;taampidinung;terlihatkan
ulek;kembali;taampulek;terkembalikan
paampi- dengan variasi peleburan menjadi paampi- dan paamp-
contoh :
Jenis Sufiks Bahasa Maanyan
-an, -en, -leh dan kata ganti milik (-ku, -nu, -ni, -kami, -takam, -naun dan -here)
Akhiran -an
contoh:
| | | |
| upah laki-laki sebut jalur tanya | upa'an upuan antuhan bantangan tunti'an | upahan para lelaki sebutan jaluran pertanyaan |
Akhiran -en/-an
contoh:
| | | |
dinung lalet weruk lalan | lihat lalat beruk jalan | dinungen laleten weruken lalanan | dilihat berlalat berberuk jalanan |
Akhiran -leh
contoh:
| | | |
kiya alap enat | berangkat ambil angkat | kiya'leh alap'leh enat'leh | berangkatlah ambillah angkat lah |
wat- kata ganti milik
contoh:
| | | |
hanyu hanye kami takam naun here | kamu, engkau ia, dia kami kita kalian mereka | watnu watni watkami wattakam watnaun wathere | kepunyaanmu kepunyaannya kepunyaan kami kepunyaan kita kepunyaan kalian kepunyaan mereka |
Jenis Infiks Bahasa Maanyan
sisipan -ar-
Contoh:
| | | |
| | | |
sisipan -am-
Contoh:
| | | |
| | | |
sisipan- al-
Contoh:
| | | |
| | | |
Senin, 25 Agustus 2008
NANSARUNAI USAK JAWA
Nansarunai takam rome usak Jawa
Ngamang talam takam lulun unggah Gurun
Nansarunai takam galis kuta apui
Ngamang talam takam jarah sia tutung
Nansarunai takam wadik jari danau
Ngamang talam takam wandui janang luyu
Hang manguntur takam galis em'me angang
Kuda langun takam jarah mangalongkong
Suni sowong kala tumpuk tanan olun
Wayo wotak alang gumi Punei Lului
Batang Nyi'ai ka'i hawi tamurayo
Telang nyilu ne'o jaku taleng uan
Anak nanyo ka'i hawi nganyak kaleh
Bunsu lungai ne'o jaku ngisor runsa
Ngunu ngugah pasong teka watang tenga
Hamen bingkang kilit iwo pakun monok
Muru pitip Nansarunai ngunu hulet mengalungkung
Ngamang talam takam tantau nuruk nungkai
Hang manguntur takam kala harek jatuh
Kudalangun takam alang rakeh riwo
Hang manguntur takam kala buka payung
Kudalangun takam alang bangun tang'ngui
Jam'mu ahung takam kawan rum'ung rama
Luwai hewo padu ipah bawai wahai
Balai Adat Jadi Lambang Persaudaraan Orang Maanyan, Banjar dan Madagaskar
Mesjid itu didirikan tahun 1528, oleh seorang Mubalig suku Dayak Maanyan bernama Labai Lamiah. Ia berasal dari daerah Martapura yang telah mendapat kursus kilat tentang agama Islam.
Ulama-ulama itu rupanya datang bersamaan berkenaan dengan kemenangan Pangeran Samudera melawan pamannya Raden Datu Tumenggung hari Rabu 24 September 1526, di Jengah Besar tidak jauh dari kota Banjarmasin sekarang.
Menurut penduduk setempat dan penuturan orang-orang Maanyan, serta dari generasi ke generasi berikutnya, dahulu disana pernah berdiri sebuah kerajaan orang Maanyan.
Raja dan rakyatnya, masih percaya terhadap roh para leluhur dan kerjaan itu mereka namakan Nansarunai. Dinamakan Nansarunai, sebab rakyatnya gemar menari dan menyanyi dengan iringan alat musik yang dominan, berupa suling berlobang tujuh buah yang dinamakan serunai.
Sebelum diadu kedua ayam jago itu dipersenjatai lebih dahulu dengan sebuah pisau kecil yang disebut taji. Orang Maanyan kuno, mengetahui tuah tiap-tiap ayam jago aduan, dari jenis warna bulu-bulunya. Misalnya jenis Lahe, Wido, Biring dan sebagainya, masing-masing membawa tuah sendiri-sendiri.
Raja menempati rumah yang disebelah kanan kirinya diberi ruangan disebut Anyu'ng. Sedangkan untuk pesta adat ada sebuah balai adat yang disebut Jaro Pirarahan.
Kehidupan rakyatnya makmur, disebabkan mereka mengadakan perdagangan sampai ke Indragiri, Majapahit, Sulawesi Selatan dan bahkan Madagaskar.
Barang dagangan yang mereka bawa keluar antara lain kayu besi, getah, damar, rotan, madu lebah hutan dan lain-lain. Ada juga pedagang dari luar yang datang ke Nansarunai seperti saudagar keliling dari daerah Kediri di Majapahit. Pedagang-pedagang keliling inilah yang melaporkan ke Majaphit bahwa ada sebuah kerajaan di pedalaman aliran sungai Tabalong, dimana rakyatnya bersifat riang suka bermain musik, tari dan nyanyi. Waktu itu komposisi ethnis di Kalimantan Tenggara terdiri dari Maanyan, Lawangan, Bukit dan Bakumpai.
Menyamar
Tahun 1350, Laksamana Nala mengadakan ekspedisi ke Nansarunai dengan menyamar sebagai nahkoda kapal dagang. Di Nansarunai ia memakai nama samaran Tuan Penayar dan bertemu dengan Raja Raden Anyan, bergelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas, serta Ratu Dara Gangsa Tulen.
Laksaman Nala sangat kagum melihat begitu banyak barang-barang terbuat dari emas murni, ketika ia dipersilahkan untuk melihat-lihat perlengkapan pesta adat di ruangan tempat bermusyawarah. Yang sangat dikagumi oleh Laksamana Nala, ialah sokoguru balai adat yang terbuat dari emas murni juga dimana dibagian atasnya bermotif patung manusia.
Setelah kembali ke Majapahit, Laksamana Nala berpendapat, untuk menundukkan Nansarunai, harus dicari kelemahan Raja Raden Anyan yang mempunyai kharisma kuat. Pada pelayanan berikutnya, Laksamana Nala membawa serta seorang panglima perangnya yang bernama Demang Wiraja dengan memakai nama samaran Tuan Andringau, serta beberapa prajurit dari suku Kalang. Hasil pengamatan Demang Wiraja dilaporkan kepada Laksamana Nala.
Demikianlah pada awal tahun 1356, Laksamna Nala datang lagi ke Nansarunai dengan membawa serta istrinya bernama Damayanti. Sewaktu kembali ke Majapahit, sengaja Laksamana Nala membiarkankan isterinya tinggal di Nansarunai. Damayanti berwajah sangat cantik dan pribadinya menarik.
Pada tahun 1356 itu, terjadi kemarau panjang, sehingga Raja Raden Anyan secara kebetulan bertemu dengan Damayanti di sumur yang khusus diperuntukkan bagi anggota keluarga kerajaan. Pertemuan pertama berlanjut dengan kedua dan demikian seterusnya, sehingga Damayanti melahirkan seorang anak perempuan, lau diberi nama Sekar Mekar.
Pada awal tahun 1358, Laksamana Nala datang ke Nansarunai dan menemukan isterinya sedang menimang seorang anak perempuan. Damayanti yang memakai nama samaran Samoni Batu, menerangkan bahwa anak yang ada dipangkuaanya itu adalah anak anak mereka berdua. Dan Laksamana Nala percaya saja akan apa yang telah dikatakan oleh isterinya itu.
Ketika kembali ke Majapahit, Damayanti beserta anaknya dibawa serta, alau tinggal dipangkalan aramada laut Majapahit di Tuban. Beberapa bulan kemudian, Laksamana Nala secara kebetulan mendengar isterinya bersenandung untuk menidurkan puterinya dimana syair-syairnya menyebutkan bahwa Sekar Mekar mempunyai ayah yang sebenarnya ialah Raja Raden Anyan.
Bulan April 1358, datanglah prajurit-prajurit Majapahit, dibawah pimpinan Laksamana Nala dan Demang Wiraja menyerang Nansarunai. Mereka membakar apa saja termasuk kapal-kapal yang ada di pelabuhan dan rumah-rumah penduduk. Serangan itu mendapat perlawanan gigih prajurit-prajurit Nansarunai walaupun mereka kurang terlatih.
Menurut cerita, Ratu Dara Gangsa Tulen bersembunyi dipelepah kelapa gading bersenjata pisau dari besi kuning, bernama Lading Lansar Kuning. Ia banyak menimbulkan korban pada pihak musuh sebelum ia sendiri gugur.
Raja Raden Anyan dalam keadaan terdesak lalu disembunyikan oleh para Patih dan Uria kedalam sebuah sumur tua yang sudah tidak berair lagi. Diatas kepalanya ditutup dengan sembilan buah gong besar, kemudian dirapikan dengan tanah dan rerumputan, agar tidak mudah diketahui musuh.
Ketika keadaan sudah bisa dikuasai oleh pihak Majapahit, Laksamana Nala memerintahkan Demang Wiraja untuk mencari Raden Anyan hidup atau mati. Atas petunjuk prajurit-prajurit suku Kalang yang terkenal mempunyai indera yang tajam, tempat persembunyian Raja Raden Anyan akhirnya dapat ditemukan.
Raja Raden Anyan tewas kena tumbak Laksamana Nala dengan lembing bertangkai panjang. Peristiwa hancurnya Nansarunai dalam perang tahun 1358 itu, terkenal dalam sejarah lisan suku Dayak Maanyan yang mereka sebut Nansarunai Usak Jawa.
Dalam perang itu telah gugur pula seorang nahkoda kapal dagang Nansarunai yang terkenal berani mengarungi lautan luas bernama Jumulaha. Ia banyak bergaul dan bersahabat dengan pelaut-pelaut asal Bugis dan Bajau. Untuk mengenang persahabatan itu, maka puterinya yang lahir ketika ditinggalkan sedang berlayar, diberi nama berbau Bugis yaitu La Isomena.
Unsur Besi
Prajurit-prajurit Majaphit yang gugur dalam perang tahun 1358 itu, diperabukan berikut persenjattan yang mereka miliki, didekat sungai Tabalong yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Tambak-Wasi. Tambak arti kuburan dan Wasi artinya besi dalam bahasa Maanyan kuno. Sehingga Tambak-Wasi artinya adalah kuburan yang mengandung unsur besi.
Pendiri kerajaan Nansarunai adalah Raden Japutra Layar yang memerintah dari tahun 1309-1329 dilanjutkan Raden Neno 1329-1349 dan yang terkahir Raden Anyan 1349-1358. Gelas raden hanya khusus untuk raja, sedangkan para bangsawan lainnya memakai gelas patih, uria, damo;ng, pating'i, datu dan sebaginya. Gelar raden itu berasal dari Majapahit, karena Japutra Layar sebelum menjadi raja adalah seorang pedagang yang sering bergaul dengan para bangsawan Majapahit.
Ketika penyebaran agama Islam sampai ke Pasar Arba yang dipimpin oleh Labai Lamiah beserta para ulama sal Demak, Banten dan Aceh dalam tahun 1528, balai adat yang semula dihancurkan oleh Laksamana Nala dalam atahun 1358, sudah dibangun kembali dan dipergunakan untuk upacara adat Hindu Kaharingan pada zaman Majapahit berkuasa disana.
Setelah kedatangan agama Islam, balai adat itu dirobah fungsinya menjadi mesjid, dengan atap bertipe joglo.
Mesjid itu mempunyai luas sekitar 200m2, dilengkapidengan serambi keliling selebar 3m dan dapat menampung sekitar 400 jemaah. Tiang-tiang mesjid diambil dari bekas tiang balai adat dari kayu besar berdiameter 40 cm dan masih tidak keropos sampai sekarang.
Kayu besi memang banyak terdapat di Kalimantan . Di kota Banjarmasin saja harganya mencapai Rp 650 tiap kg.
Karena letak mesjid itu pada bekas balai adat ketika zaman kerajaan Nansarunai, sehingga mesjid tersebut juga menjadi lambang persaudaraan orang Maanyan, Banjar dan Merina di Madagaskar.
Orang Merina kalau sembahyang selau kiblatnya menghadap ke arah timur laut yang mereka sebut Anjoro Firarazana, berasal dari kata Maanyan Hang Jaro Pirarahan, yaitu nama balai adat di Nansarunai dahulu.
Mesjid itu telah beberapa kali direhabilitasi, terutama dindingnya yang terbuat dari kayu borneo. Sewaktu diadakan rehabilitasi tahun 1975, barng-barang kuno sisa-sisa peralatan pesta agama Hindu Kaharingan yang semula diletakkan di loteng mesjid, dipindahkan ke tempat lain oleh orang-orang yang masih berbahasa Maanyan.
Barang-barang itu antar lain, piring celedon, kain Sindai, kenong, gong, boli-boli, guci tempat pengawetan daging atau ikan secara Maanyan yang disebut wadi, gendang berbadan panjangyang disebut Katamo'ng dan lain sebagainya.
Tasawuf
Untuk menarik orang Hindu agar cepat menerima agama Islam, oleh para ulama Demak, Banten dan Aceh diajarkan juga ilmu tasawuf selain mengajarkan agama Islam yang memang menjadi tujuan mereka. Ilmu Tasawuf itu kadang-kadang di luar daya tampung akal, tetapi dapat diterima oleh masyarakat setempat. Mesjid tua itu kini masih dipakai untuk berjamaah pada tiap-tiap hari Jumat.
Meskipun begitu, masih ada anggota masyarakat yang belum lepas dari kepercayaan masa lampau. Mereka membawa sesajen berupa kue apam yang didoakan di dalam mesjid, sebelum dimakan bersama para pengunjung lainnya. Sesajen itu dilengkapi juga dengan bunga yang berbau harum semerbak, disangkutkan pada tiang-tiang penopang atap mesjid, bekas tiang sokoguru balai adat masa lampau dan misrab mesjid.
selesai
Orang Merina Madagaskar di Afrika Berasal dari Suku Dayak atau Bugis
Prof. TA Razanadriaka seorang intelektual Merina datang ke Indonesia tahun 1989 yang lalu, dan telah mengadakan temu muka dengan orang Dayak Maanyan di Barito Timur, Kalteng.
Ia berpendapat semua unsur-unsur Melayu yang terdapat di Madagaskar, menurun dari penduduk asli di daerah Kalimantan tenggara sekarang. Mereka mungkin sampai dibagian barat Samudera Indonesia di sekitar permulaan tahun Masehi. Sedangkan pelau-pelaut Melayu seudah lama bergaul di bagian utara samudera tersebut.
Waktu itu pulau Madagaskar belum dihuni oleh manusia dan penduduk di pantai Afrika bagian timur masih sama dengan Khoi-san di Afrika Selatan sekarang yang sangat berbeda dari orang Negro Bantu sebenarnya.
Berkat penyebaran tumbuh-tumbuhan dari Asia Tenggara seperti pisang, mangga, kelapa, keladi dan terutama ubi asli menjadi makanan pokok.
Orang Bantu yang berasal dari Afrika bagian barat cepat berkembang dan berhasil mencapai pantai timur benua tersebut pada abad-abad pertama sesudah masehi. Mengenai sejarah orang Nusantara sapai abad ke-10 masih gelap bagi kita.
Bagaimana hubungan antara orang Madagaskar dan orang Melayu selama periode itu? Apakah masih terus ada hubungan antara orang Madagaskar dan daerah leluhur mereka di Indonesia? Sampai kapan? Sayang sekali data yang bisa terdapat di Madagaskar sampai kini belum ada.
"jadi menurut saya, tidak perlu kita menduga bahwa komposisi ethnis orang Merina (dan begitu pada pokoknya warisan Nusantara lain yang terdapat di seluruh Madagaskar) mengandung unsur-unsur dari berbagai daerah di Indonesia" kata Prof. Razanadriaka.
Nenek moyang mereka mungkin berasal dari Kalimantan Tenggara saja dan beberapa campuran dengan suku-suku pelaut Nusantara lain seperti Bajau, Bugis, atau Jawa.
"Di daerah pantai Kalimantan Tenggara pada zaman sekarang, komposisi ethnis penduduk tidak berbeda. Justru, mengenai hal itu menurut kesan saya, rupa luar orang Merina tidak dapat dibedakan dengan rupa orang Banjar atau Bugis' ujar Prof. Razanadriaka.
Orang Merina dapat dibenarkan berasal dari Indonesia oleh kata dasar bahasa mereka 45% sama dengan kata dasar bahasa Dayak Maanyan. Tetapi mereka juga juga sama seperti orang Bugis karena berani mengarungi lautan luas. Mungkin sewaktu orang dayak masih sebagai bangsa bahari pernah bersahabat dengan pelaut-pelaut Bugis dan Bajau karena budaya kedua suku tersebut ada persamaannya dengan budaya suku Dayak Maanyan. Misalnya ada sepak takrau, memberi sesajen kepada para roh leluhur atau dewa dengan beberapa kepalan nasi dilengkapi dengan lauk-pauk serta ilmu mistik untuk menentukan mujur atau tidaknya suatu perjalanan atau keberuntungan yang masih terdapat pada suku Dayak Maanyan yang beragama Hindu Kaharingan disebut dengan bilangan Bajau.
Sisa-sisa jiwa bahari orang Dayak Maanyan sebagai salah satu unsur suku Banjar masih terdapat pada perahu-perahu atau kapal yang melayari sungai Barito dan Tabalong sesudah mereka mundur sejak pertengahan abad ke-14.
Pusat Pembuatan perahu atau kapal sungai itu terdapat di desa Negara, Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalsel.
Agama Hindu
Suku Dayak Maanyan saat ini terpusat di daerah Barito Timur Kalteng dan sebagian masih menganut Agama Hindu Kaharingan sebagai bagian dari Hindu Dharma.
Agama Hindu Dharma yang dianut oleh suku Dayak maanyan terdiri atas dua golongan, yaitu yang membakar sisa tulang belulang setelah lebih dahulu ditanam disebut ijambe. Lokasi tempat mereka terdapat di desa Siong, Telang, Murutowo dan Balawa dengan jumlah pengikut sekitar 5.000 orang.
Golongan kedua cukup hanya dengan mengadakan pemakaman biasa, tetapi diikuti oleh upacara kematian yang disebut Pakan-Hanrueh, Miya dan Ngadaton dengan jumlah penganut sekitar 15.000 orang. Meskipunmereka beragama hindu, tetapi cara berpakaian sama dengan orang-orang Melayu.
Yang laki-laki memakai celana, kadang-kadang bersarung, memakai peci hitam dan baju biasa. yang perempuan memakai kain, baju kebaya dan tutup kepaladari kain panjang disebut tatopong. Kehidupan sehari-hari mereka sama dengan warga lain yang beragama Islam maupun Kristen.
Suku Dayak Maanyan yang menganut agama Kristen sudah tidak lagi memakai tat cara adat sebagaimana dalam Hindu Dharma, karena mereka sudah memakai kaidah agama tersebut dalam melakukan ibadahnya. Perbedaan baru kelihatan dalam upacara adat, antara lain, Ijambe, Bontang dan Mubur-Walenon.
Penganut Hindu Dharma membakar tulang belulang dalam upacara Ijambe yang diharuskan oleh agama. Mereka percaya roh orang yang telah meninggal dianggap masih belum sempurna untuk masuk surga, kalau tulang-belulangnya belum disucikan dengan mengadakan upacara Ijambe.
Peristiwa langka pernah terjadi pada pertengahan abad ke -17, sewaktu Ijambe di desa Balawa. Dua buah tengkorak suami-isteri yang sedang dibakar ditempat pembakaran yang disebut Papuyan terlempat keluar. Setelah dimasukkan kembali pada nyala api hingga tujuh kali, namun tengkorak itu selalu terlempar keluar. Maka kedua tengkorak itu disimpan sebagai benda keramat dan menjadi Nanyu Saniyang adalah roh pelindung warga desa dari serangan musuh, wabah penyakit dan lain-lain.
Kedua tengkorak yang menjadi Nanyu Saniyang itu dari Datu Janggot Mariang dan isteri disimpan di desa Ipo-Mea 24 km dari Tamiang Layang di Barito Timur.
Adik Datu Janggot Mariang berkuasa di daerah lain dan sampai meninggal tetap memakai sanggul. ia dimakamkan dengan cara Islam di desa Tatakan, 15 km sebelum kota Rantau Kalsel. Nama Datu Sanggul diabadikan menjadi nama sebuah Rumah Sakit di kota Rantau.
Mimpi
Karena tidak diadakan pembakaran tulang belulang pada penganut Hindu Kaharingan di daerah Kampung Sepuluh dan Banua Lima, maka kalau ada roh yang turun menjadi Nanyu Saniyang katanya datang lewat mimpi. Kalau turun ke dalam rumah akan berwujud batu sebesar bola tennis dan biasanya terdapat dalam guci tempat penyimpanan beras dan lalu dinamakan Nanyu Pangintuhu.
Dan kalau turun di pohon kayu disebut Nanyu Panungkolan. Penganut Hindu Kaharingan di daerah Kampung Sepuluh dan Banua Lima menganggap tempat roh di surga terdiri dari tiga bagian. kalau diadakan upacara kematian Pakan-Hanrueh, maka roh yang bersangkutan akan menempati daerah pinggiran, Miya akan menempati daerah tengah dan Ngadaton akan menempati pusat surga dimana rumahnya bertirai emas dan berlian.
Pesta adat Bontang mempunyai dua tujuan.
Pertama, untuk mensucikan roh yang akan masuk surga, setelah tiga tahun berturut-turut diberi sesajen yang disebut Nuang-Panok.
Upacara Bontang cukup satu malam dengan mengorbankan beberapa ekor ayam dan disebut Bontang Siwah. Bisa juga sampai tiga malam berturut-turut, namun hewan korban ditambah dengan seekor kambing. bila pihak keluarga menghendaki dibuat Belontang, hewan korban selain ayam dan kambing juga ditambah dengan seekor kerbau.
Belontang merupakan simbul si mati yang terbuat dari kayu besi. Pesta dilaksanakan selama lima hari berturut-turut dan sebagi puncak acara ketika menumbak kerbau yang diikat dengan tali rotan di Belontang.
Selain Belontang dibuat juga Lewu-Hiyang, tempat menaruh sesajen kepada para roh leluhur yang turun dari surga sewaktu diadakan pesta adat itu. kedua patung tadi menghadap ke barat untuk tanda bahwa pesta adat Bontang dilaksanakan untuk mensucikan roh orang yang meninggal.
Kedua, pesta Bontang untuk syukuran yang diadakan oleh seorang atau beberapa warga desa yang merasa hasil panennya melimpah.
kalau dilaksanakan sampai lima hari berturut-turut, maka upacara Belontang dan Lewu-Hiyang menghadap ke timur, sebagai tanda bahwa pesta adat itu khusus untuk syukuran.
selain upacara Ijambe dan Bontang ada lagi upacara adat untuk memandikan anak pertama kali di sungai setelah berusia satu tahun, yang disebut Mubur-Walenon. Upacara ini dimaksudkan agar Dewa Air yang dinamakan Jiwata jangan mengganggu anak itu bila sudah besar nanti, karena sudah diberi ganti jiwa anak itu dengan sesajen sewaktu diadakan pesta adat Mubur-Walenon.
Bagaimanapun aneka macam upacara keagamaan dan pesta adat dikalangan penganut Hindu Dharma, tetapi semua itu merupakan warna-warni kerukunan beragama di negara Pancasila ini.
selesai
Minggu, 24 Agustus 2008
HUBUNGAN RAJA-RAJA BANJAR DAN PENGETUA KAMPUNG JAAR-SANGGARWASI
BANJAR – TANJUNG NEGARA
1. | Raja Raden Pangeran Putera | 1350-1365 |
2. | Raja Sekar Sunsang (Raden Panji) Miharaja Sari Babunangan Unro | 1365-1380 |
3. | Raja Raden Sukarma | 1380-1450 |
4. | Raja Raden Manteri (Ayahanda Sultan Suriansyah) | 1450-1489 |
5. | Raja Raden Datok Tumanggung (Adikanda Raden Manteri) | 1489-1526 |
-Habis Raja-Raja Dinasti Hindu Syiwa-
(sesudah Invansi 40.000 Pasukan Demak)
6. | Sultan Suriansyah (Mata Habang ; Panembahan Batu Habang) Ayahanda Puteri Mayang Sari dengan Puteri Nurhayati) | 1526-1612 |
7. | Sultan Innayatullah (Putera Suriansyah dengan Ratu Intan) (ekspedisi Dagang Belanda I) | 1612-1625 |
8. | Sultan Rachmatullah (Putera Suriansyah Dengan Ratu Intan) | 1625-1643 |
9. | Sultan Hidayatullah (Ekspedisi Dagang Belanda II) | 1643-1650 |
10. | Sultan Mustainnubillah (Gusti Kancil) | 1650-1660 |
11. | Sultan Pangeran Ratu | 1660-1663 |
12. | Sultan Surianata | 1663-1734 |
13. | Sultan Tamidillah | 1734-1778 |
14. | Sultan Tamidillah | 1778-1786 |
15. | Sultan Nata Kusuma (Belanda Mulai Menanam Kolonialisme di Kalimantan) | 1786-1807 |
16. | Sultan Sulaiman | 1807-1824 |
17. | Sultan Adam | 1824-1857 |
18. | Sultan Tamijidillah Prabu Anom | 1857-1859 |
-Dekrit 11-6-1860 Penghapusan Kerajaan Banjar oleh Belanda-
(Habis Dinasti Raja-Raja Banjar dan Awal Perang Banjar)
19. | Pangeran Antasari 2 Puteranya; Muhammad dan Machmud) | 1859-1862 |
20. | Pangeran Muhammad (Mat Seman) Habis Perang Banjar dan awal jaman normal | 1862-1905 |
21. | 8 Maret 1942, Pendudukan Jepang | 1942-1945 |
22. | 17 Agustus 1945, Jaman Republik | |
JAAR – SANGGARWASI
1. | Risak & Biyoko | 1360-1370 |
2. | Uria Gadung (Putera Raden Panji diutus untuk memegang Tanah Dusun) | 1370-1405 |
3. | Uria Jannah | 1405-1435 |
4. | Uria Inneh | 1435-1480 |
5. | Uria Lading | 1480-1515 |
6. | Uria Gamarak | 1514-1550 |
-Habis Jaman Pengawasan Raja-Raja Dinasti Hindu Syiwa-
7. | Damhong Jawa (Dilahirkan waktu Islam masuk ke Tanah Dusun Kecuali Paju IV | 1550-1595 |
8. | Damhong Halang (*Uria Mapas Negara & **Puteri Mayang Sari) | 1595-1628 |
9. | Damhong Wato | 1628-1650 |
10. | Damhong Wijaya Meto (Putera Mapas) dan Si Rapet (anak Patih Talam) | 1650-1688 |
11. | Damhong Wijaya Jati | 1688-1735 |
12. | Damhong Wijaya Arang | 1735-1765 |
13. | Tumanggung Sompok | 1765-1790 |
14. | Tumanggung Gayo | 1790-1810 |
15. | Patinggi Wasi | 1810-1835 |
16. | Patinggi Baris | 1835-1859 |
-Habis Dinasti Raja-Raja Banjar; Belanda mulai memerintah-
17. | Pamakal Nuran (waktu ini Antasari Long March ke Puruk Cahu, singgah di Jaar hingga kakah Runjang sempat babintih dengan Pangeran Muhammad berikut 2 orang Maanyan Panguma Perangnya Sisayu & Sitanrok) | 1859-1868 |
18. | Pamakal Soir | 1868-1880 |
19. | Pamakal Jangat (Kakah Hoo) Lebih dikenal dengan Datok Rumbang | 1880-1890 |
20. | Pamakal Banne | 1890-1902 |
21. | Pamakal Pinggan | 1902-1915 |
22. | Pamakal Linggut (Pamakal Tuha) | 1915-1935 |
23. | Pamakal Suwai(Lamhah Nimis) | 1935-1945 |
-Jaman Jepang-
-Jaman RI-
24. | Kepala Kampung Ngaras (Amhah Tode) | 1945-1950 |
25. | Kepala Kampung Juman (Amhah Minding) | 1950-1955 |
26. | Kepala Kampung Wijaya Balantek (Amhah Anjam) | 1955-1960 |
27. | Kepala Kampung Sambung | 1960-1965 |
-G.30.S.PKI-
28. | Kepala Kampung Nyiau | 1965-1973 |
29. | Are Taker Wandin | 1973-1974 |
30. | Kepala Kampung Atie Mungkal | 1974- |
31 | Belum ditulis sampai 2008 | |
*Putera ke-2 Damhong, Ului Unro (Uria Biring) 1551 – 1585 (Gaib)
Dengan Puteri Junjung Buih 1566-1585 (Gaib)
1. Uria Lanha 1568-1599
2. Uria Rinjan (Mapas) 1570-1628
3. Pahulu Suntik 1572-1643